1.030 Pejuang Nakes Gugur Selama Covid, Mufida : Ini Darurat

Jakarta : Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) bersama sejumlah organisasi profesi di bidang kesehatan mencatat seribu lebih dokter, perawat hingga bidan meninggal dunia di tengah pandemi Corona. Data tenaga kesehatan atau nakes yang gugur ini tercatat hingga akhir Juni kemarin. Hampir 1.030 nakes telah gugur ditengah pandemi Covid dan menjadi garda terdepan dalam berjuang melawan Covid-19.

Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan keprihatinannya atas ribuan nakes yang gugur dalam berjuang menjadi garda terdepan dalam memerangi Covid-19. Menurutnya, harus ada tindakan darurat yang harus dilakukan agar penyelamatan nakes tersebut bisa diatasi.

“Ini adalah darurat. Sudah lebih dari seribu nakes gugur dalam tugas mulia yang tak bisa tergantikan. Mereka adalah pahlawan terdepan dalam melawan Covid-19. Saya secara pribadi turut berduka atas wafatnya pahlawan-pahlawan mulia kesehatan tersebut,” kata Mufida, Senin (5/7/2021).

Bahkan, jelas Mufida, lini terdepan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit rawan kasus kematian nakes karena menjadi garda awal dalam penanganan Covid dan sangat rawan tertular positif Covid-19. Dan hal itu terbukti banyaknya nakes yang tertular karena interaksi langsung dengan pasien Covid.

“Nakes bagian IGD rawan tertular Covid. Karena mereka gerbang awal ketika menerima dan menangani pasien Covid. Meski kita mengetahui semua nakes baik dokter dan perawat rawan tertular,” terang Mufida.

Fenomena di Indonesia, menurut Anggota DPR RI Dapil Jakarta 2 yakni Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri ini menjelaskan juga bahwa para nakes yang bekerja di fasilitas kesehatan primer, yang bukan melayani pasien Covid-19 secara khusus pun rawan tertular Covid.

“Ini harus segera diatasi dan dicari solusi terbaik. Jika tidak akan banyak nakes yang berguguran dan Indonesia akan minus nakes. Ini yang akan menjadi masalah ke depan,” ungkapnya.

Karena itu, jelas Mufida, Pemerintah merespons banyak kematian nakes dengan membentuk Satgas Perlindungan Nakes serta membuat program untuk meningkatkan perlindungan tenaga kesehatan yang bekerja bukan di fasilitas pelayanan kesehatan khusus Covid-19.

Selama ini sepertinya semua terlalu fokus pada pencegahan dan perlindungan hanya pada rumah sakit yang melayani pasien Covid-19. Padahal, realitasnya angka penularan dan kematian ternyata lebih banyak terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang bukan melayani pasien Covid-19 secara khusus.

Yang penting, tutur Mufida, Kementerian Kesehatan harus segera membuat kebijakan secara nasional tentang pengaturan beban kerja tenaga kesehatan selama pandemi.

Hal ini penting karena telah banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi selama era pandemi telah berpengaruh terhadap tingginya angka infeksi dan kematian tenaga kesehatan.

“Selama pandemi, tenaga kesehatan telah bekerja dengan intensitas waktu kerja yang panjang dan dalam lingkungan yang berat. Kelelahan, beban kerja yang ekstra berat dan semakin minimnya nakes menjadi masalah tersendiri dalam penanganan Covid-19. Peningkatan jumlah nakes saat ini yang terpapar Covid disebabkan oleh faktor kelelahan akibat meningkatnya jumlah pasien yg harus ditangani, membuat daya tahan tubuh menurun. Pasien Positif yang kelebihan kapasitas berbanding terbalik dengan jumlah nakes yang semakin berkurang. Masalah pasokan gas oksigen minim stok di fasilitas kesehatan juga jadi catatan masalah di Indonesia. Ini khan jadi masalah yang harus segera diatasi,” tegas Mufida.

Selain itu, harus ada perbaikan sistem pelaporan dan keterbukaan data infeksi dan kematian tenaga kesehatan. Hal ini penting karena tanpa adanya data yang akurat dan terbuka, kita tidak akan dapat membuat kajian dan perencanaan yang tepat serta mendapatkan masukan dari berbagai stakeholders kesehatan. Manajemen data harus bagus dan mudah diakses.

Sebagai contoh di Amerika Serikat, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) sebagai lembaga resmi pemerintah selalu mengumumkan data terbaru dan hasil kajian tenaga kesehatan mereka yang terinfeksi atau meninggal akibat Covid-19. Di Indonesia, kita hanya dapat mendapatkan data seperti ini dari lembaga-lembaga non-pemerintah seperti Laporcovid19 atau tersebar di berbagai organisasi profesi kesehatan.

“Bahkan data 1.030 nakes yang gugur selama pandemi kita mendapatkan informasi dari Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) bersama sejumlah organisasi profesi di bidang kesehatan, bukannya data langsung dari Kementerian Kesehatan yang harus merilisnya. Sistem ini khan yang harus diperbaiki,” pungkasnya.###