Dr. Kurniasih Mufidayati, MSi.
Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga,
DPP Partai Keadilan Sejahtera
10 November ini, kita kembali memperingati Hari Pahlawan. Tanggal yang diambil dari peristiwa heroik perlawanan para tokoh dan rakyat di Surabaya dalam melawan tentara sekutu yang kembali ingin menjajah Indonesia setelah lepas dari penjajahan Jepang dalam peperangan yang dahsyat. Pahlawan sendiri menurut Kamus Besr Bahasa Indonesia berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Mereka yang berjuang tanpa mengenal status sosial dan ekonomi, mempertahankan tanah air dengan berbagai cara dan kemampuan yang mereka bisa lakukan, menggugah rakyat untuk bangkit melawan penjajahan atas negeri.
Maka pahlawan di negeri inipun tersebar di berbagai pelosok negeri. Dari ujung Barat sampai ujung Timur Nusantara. Dari kalangan bangsawan, pemuka agama, kaum terdidik sampai rakyat jelata. Maka diantara mereka ada yang mendapat gelar pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan maupun pahlawan revolusi yang mempertahankan Pancasila dari ancaman idiologi komunis, juga mereka yang tidak mendapat gelar pahlawan namun diakui keberanian, peran dan pengorbanannya dalam membela kebenaran dan melawan penjajahan.
Pahlawan Perempuan dengan Berbagai Inspirasi
Pahlawan nasional-pun tidak didominasi kaum pria. Para pahlawan nasional perempuan juga tersebar di berbagai daerah. Di ujung Barat, ada Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia dan Laksamana Malahayati dari Aceh. Dari tanah rencong ini juga ada Ratu Nahrasiyah dari Kerajaan Samudera Pasai dan Sultanah Safiatun Syah. Dari belahan Timur ada Martha Christina Tiahahu dari Maluku. Dari wilayah Utara Nusantara ada Maria Walanda Maramis dari Sulawesi Utara. Sedangkan dari Selatan Jawa ada Siti Walidah atau yang lebih dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Menyebut pahlawan perempuan tentu saja tidak lengkap tanpa menyebut nama Dewi Sartika, RA Kartini dan Fatmawati Soekarno.
Pahlawan perempuan nasional ini juga muncul dengan berbagai bentuk keberanian dan perjuangan yang dilakukan yang banyak memberikan inspirasi bagi kita. Tidak kalah dengan pria, pahlawan perempuan kita juga ada yang memimpin perang gerilya dengan penuh keberanian dan tanpa kenal lelah seperti yang dilakukan Cut Nyak Dien dan Cut Meutia di Aceh, Nyi Ageng Serang di Jawa dan Maria Christina Tiahahu di Maluku. Kegigihan Maria Christina Tiahahu bahkan menjadikan dirinya ditahan penjajah Belanda hingga meninggal dunia dalam tahanan. Ada pahlawan perempuan yang ikut dalam perlawanan terhadap Belanda seperti yang dilakukan Opu Daeng Siraju di Sulawesi Selatan. Bahkan Nyi Ageng Serang dengan kecerdasannya dalam hal strategi, kemudian yang dipercaya sebagai penasehat strategi perang oleh Pangeran Diponegoro, dan terus ikut berjuang meskipun harus ditandu
Diantara mereka ada yang berjuang di ranah sosial dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Ada yang mendirikan sekolah untuk mencerdaskan anak bangsa khususnya perempuan agar berani melakukan perlawanan kepada penjajah dan berkeinginan untuk maju seperti yang dilakukan Dewi Sartika di Jawa Barat. Ada yang bergerak melalui organisasi sosial seperti yang dilakukan Nyai Ahmad Dahlan di Yoigyakarta dan Fatmawati yang setia mendampingi Soekarno.
Tentu saja kita juga tidak bisa melupakan peran RA Kartini dengan surat-suratnya yang menginspirasi perempuan Indonesia untuk meraih pendidikan tinggi dan mendorong untuk maju. Demikian pula dengan MW Maramis yang juga menginspirasi perempuan di Sulawesi untuk meraih hak-haknya serta meningkatkan pendidikan dan pengetahuannya. Ada juga Rohana Kudusdi Sumatera Barat yang bergerak di bidang jurnalistik dan menjadi wartawan perempuan pertama di Indonesia dan berjuang dengan karya-karya jurnalistiknya.
Sesungguhnya masih banyak lagi pahlawan-pahlawan perempuan di Indonesia di berbagai daerah yang tidak/belum tercatat sebagai pahlawan nasional, namun memiliki kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan maupun memperjuangkan kemajuan masyarakat Indonesia di masa penjajahan. Mereka yang bergerak di sektor pendidikan, sosial kemasyarakatan dan keagamaan, pembangunan ekonomi, kesehatan dan berbagai bidang lainnya. Para pahlawan perempuan ini telah menyebarkan semangat dan inspirasi kepahlawanan yang begitu besar bagi kemajuan generasi berikutnya setelah Indonesia merdeka. Mereka memberikan inspirasi bagi para perempuan saat ini untuk ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa, sebagaimana para pahlawan perempuan tersebut juga menyebarkan semangat cinta tanah air, nasionalisme dan perlawanan menghadapi penjajah.
Mengambil Inspirasi dari Pahlawan Perempuan
Memperingati Hari Pahlawan tentu saja tidak sekedar mengenang perjuangan para pahlawan, termasuk pahlawan perempuan nasional. Hal yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa mengambil inspirasi dari perjuangan para pahlawan perempuan. Setidaknya ada beberapa inspirasi yang bisa kita ambil dari perjuangan mereka.
Pertama, para pahlawan nasional perempuan ini dikenal sebagai sosok yang setia dan sangat mendukung perjuangan suaminya. Cut Nyak Dien tidak hanya setia dan mendukung perjuangan suaminya melawan penjajah, namun juga melanjutkan memimpin perjuangan ketika suaminya wafat. Begitu pula yang dilakukan oleh Fatmawati dan Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan.
Kedua, para pahlawan nasional perempuan ini juga merupakan sosok-sosok yang penuh perhatian pada keluarga dan memiliki keinginan kuat untuk menyiapkan generasi yang lebih baik. Bait-bait surat yang ditulis RA Kartini menyiratkan perhatian beliau yang besar terhadap pentingnya membangun keluarga berkualitas. Pun dengan pesan-pesannya untuk kemajuan generasi berikutnya. Raden Dewi Sartika juga memberikan perhatian yang besar kepada keluarga sehingga membuka sekolah khusus perempuan selain mengajarkan adik-adiknya berbagai keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih baik.
Ketiga, para pahlawan nasional perempuan ini menunjukkan eksistensi peran dalam perjuangan di berbagai bidang tanpa mengabaikan kodratnya sebagai perempuan. Para pahlawan perempuan yang tampil langsung di medan perang, mereka yang bergerak di ranah sosial, mereka yang melakukan perlawanan terhadap penjajah melalui jurnalisme, membangun organisasi untuk memperkuat perlawanan kepada penjajah, menunjukkan berbagai peran yang dilakukan dalam melawan penjajah.
Maka perempun saat ini tentu bisa berkiprah lebih luas lagi di berbagai bidang di era kemerdekaan. Namun sebagaimana para pahlawan nasional perempuan, mereka tidak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan yang memberikan perhatian besar terhadap keluarga dan orang tuanya. Ketaatan beliau kepada orang tua dan suami sungguh panutan yang sangat luar biasa.
Keempat, para pahlawan nasional perempuan dengan segala keterbatasannya pada masa itu, terus berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kapasitas diri mereka yang dengan itu mereka bisa berperan dan memiliki kontribusi yang besar dalam melawan penjajahan dan ketertingalan. Apa yang mereka lakukan kemudian memberikan semangat perlawanan dan kemajuan bagi yang lain. Maka perempuan saat ini perlu untuk terus meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri ditengah kesempatan yang sangat terbuka, yang dengan kapasitas itu, akan bisa berperan lebih besar bagi pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya mereka juga bisa memberi inspirasi bagi perempuan lain untuk mengembangkan dirinya. Terakhir, para pahlawan nasional perempuan menunjukkan bahwa latar belakang keluarga tidak menghalangi diri untuk maju dan tampil berkontribusi. Bahkan mereka mampu memanfaatkan latar belakang yang lebih tinggi seperti kalangan bangsawan, keluarga tokoh untuk berkontribusi lebih besar lagi. Maka perempuan saat ini tidak boleh terhalang oleh latar belakang status sosial, kondisi ekonomi dan sebagainya untuk bisa berperan lebih besar untuk masyarakat dan pembangunan negeri ini. Selamat Hari Pahlawan.