JAKARTA — Sebanyak 42 balita menderitas keracunan di Majene, Sulawesi Barat setelah mendapatkan pemberian makanan tambahan (PMT) pencegah stunting.
Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mamuju ditemukan bakteri E-Coli dari sampel pemberian makanan tambahan (PMT) tersebut.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengatakan perlu dilakukan investigasi menyeluruh agar hal yang sama tidak kembali terulang, termasuk di wilayah lain.
Anggota Fraksi PKS DPR RI ini menyebutkan, sejauh ini BPOM baru menemukan adanya bakteri E-Coli di dalam sampel namun belum memastikan apakah bakteri E-Coli itu sudah ada sebelum makanan dibagikan atau ada karena makanan sudah basi.
“Jadi masih perlu ditarik lagi investigasinya apakah terdapat kandungan bakteri sebelum dibagikan atau karena sudah kadaluarsa lalu dibagian. Dua-duanya tentu menyisakan catatan. Hasil investigasi ini dijadikan acuan bagi daerah lain agar kejadian yang sama tidak terulang,” kata Anggota DPR RI Dapil DKI Jakarta II ini, Senin (13/5/2024).
Kurniasih menyebut saat ini tahun terakhir dari target penurunan prevalensi stunting menuju 14 persen. Sementara pada akhir 2023, penurunan prevalensi stunting hanya 0,1 persen atau masih berkutat di angka 21,5 persen.
“Kita lagi mengejar penurunan angka stunting ini, namun tidak berarti tidak memperhatikan keamanan pangan untuk program penurunan stunting baik untuk balita maupun ibu hamil. Keselamatan masyarakat tetap yang menjadi nomor satu,” ungkap Kurniasih.
Kurniasih menambahkan, kandungan bahan makanan untuk PMT wajib terbebas dari unsur zat dan bahan berbahaya. Termasuk jika makanan untuk PMT sudah memasuki masa kadaluarsa sebaiknya tidak dibagikan dan dimusnahkan.
“Jangan sampai karena keteledoran ada bantuan untuk PMT menjadi kadaluarsa karena tidak dibagikan sesegera mungkin, sebab sudah menjadi hak anak-anak kita untuk mendapatkan dukungan PMT termasuk dari pemerintah,” urai Kurniasih.