JAKARTA — Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mendukung amanat Presiden Prabowo yang menitipkan tiga program percepatan (Quick Win) bidang kesehatan yakni yakni skrining kesehatan, pembangunan RS di daerah-daerah, serta penanganan tuberkulosis.
Kurniasih yakin, tiga program percepatan ini bisa dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan dalam kurun lima tahun ke depan. Terlebih saat ini Menteri Kesehatan dan Wakil Menteri Kesehatan masih dijabat orang yang sama sehingga tidak akan banyak adaptasi di awal.
“Tiga program percepatan ini bisa menjadi program strategis di bidang kesehatan, ada tindakan dari sisi promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif,” kata dia.
Kurniasih menyebut saat ini tren penyakit tidak menular justru banyak dialami pasien dengan usia lebih muda. Unicef melansir, satu dari lima kematian pada remaja terjadi akibat penyakit tidak menular.
Kurniasih menyarankan program skinning kesehatan bisa menyentuh semua lapisan masyarakat dan terjangkau. Program skrining nasional ini memungkinkan deteksi dini berbagai penyakit yang bisa berdampak serius, seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.
“Dengan adanya program skrining ini, kita bisa mendeteksi penyakit sejak awal, sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan mengurangi angka kematian akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” ujar Kurniasih.
Termasuk penyakit tuberkulosis yang masih sangat tinggi di Indonesia. Berdasarkan Tuberculosisi (TB) Report 2023, estimasi kasus TBC meningkat menjadi 1.060.000 kasus baru pertahun.
Kemudian angka kematian mencapai 134 ribu per tahun. Penemuan kasus di Indonesia meningkat tinggi pada 2023 dan penderita TB sebanyak 820.789 kasus yang ditemukan dari estimasi 1.060.000 kasus.
“Tiga program quick win ini bisa saling berkaitan salah satunya dengan target eliminasi tuberkulosis di Indonesia yang masih sangat tinggi,” papar dia.
Kurniasih mengingatkan, target skrinning kesehatan dan eliminasi TBC harus dibarengi dengan penyediaan fasilitas skrinning yang memadai sampai level desa terutama di Puskesmas. Tanpa adanya fasilitas dan sumber daya manusia yang memadai, percepatan penanganan ini akan jalan di tempat.
“Termasuk program membangun RS di wilayah tertinggal dan terluar adalah salah satu upaya memeratakan layanan kesehatan termasuk penyediaan sarana untuk eliminasi TBC dan skrinning kesehatan tadi,” ujar dia.