Oleh : Dr. Hj. Kurniasih Mufidayati, M. Si.
Anggota Komisi IX FPKS DPR RI
Hari Pahlawan tahun ini dijalani dengan kondisi yang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sangat mungkin tidak ada lagi upacara bersama di berbagai instansi untuk memperingati Hari Pahlawan mengingat Indonesia masih dalam situasi pandemi covid-19 yang juga belum berakhir. Bahkan kasus baru harian secara nasional masih diatas 3500 kasus.
Sebagian kegiatan sosial-ekonomi masih dibatasi dengan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan beberapa bentuk dan nama dengan adaya pelonggaran. Bahkan sebagian besar sekolah masih masih belum melakukan pembelajaran tatap muka langsung dan masih menjalankan pembelajaran jarak jauh secara online.
Perang Semesta Melawan Pandemi Covid-19
Wabah covid-19 memang memberikan dampak yang sangat besar bukan hanya dari sisi kesehatan, namun juga pada hampir sesmua sisi kehidupan. Inilah pandemi penyalit menular yang paling parah dan memberikan dampak besar setelah wabah Spanish Flu yang terjadi sekitar 100 tahun lalu.
Pandemi ini juga menyebar di hampir seluruh negara di dunia. Berdasarkan data dari wordometer, per tanggal 8 November 2020, jumlah yang terinfeksi covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 50,39 juta orang di 218 negara. Sementara jumlah yang meninggal dunia akibat covid-19 ini mencapai 1,25 juta orang serta 35,62 juta orang telah berhasil sembuh.
Sampai saat ini Jumlah kasus baru terjadi 146.125 kasus dan kematian harian mencapai 2582 kasus di seluruh dunia. Di Indonesia sampaai saat ini jumalh yang terinfeksi 440,569 orang, dan meninggal mencapai 14,689 orang.
Mereka yang terinfeksi covid-19 pun tidak mengenal kalangan. Dari pimpinan negara, Menteri, pengusaha, tentara, polisi, atlit sampai rakyat biasa terinfeksi covid-19. Bahkan cukup banyak tenaga medis yang juga terinfeksi, padahal tenaga medis inilah yang sangat diandakan dalam menangani orang yang terinfeksi covid-19.
Demikian pula dengan korban jiwa akibat covid-19 ini yang menyasar berbagai kalangan dari pejabat Kementerian, kepala daerah, anggota DPR/DPRD bahkan juga tenaga medis.
Di Indonesia Jumlah tenaga medis yang meninggal dunia akibat covid-19 menurut data Ikatan Dokter Indonesia sampai 3 Oktober mencapai 130 dokter dan 92 perawat dengan 4 diantaranya adalah Guru Besar. Tentu saja ini merupakan kehilangan besar bagi Indonesia karena untuk mencetak satu tenaga medis apalagi dokter spesialis bukanlah hal yang mudah. Apalagi rasio antara jumlah tenaga medis dengan jumlah penduduk di Indonesia masih sangat kecil.
Sifat dari virus SARS Cov-2 yang menular human to human melalui droplet secara langsung atau menempel di permukaan dan bahkan dalam penelitain terakhir juga bisa airborne (melalui hembusan nafas) membuat cara paling efektif dalam mengurangi penularan adalah melalui pembatasan sosial dan fisik (social distancing), membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan selalu memakai masker.
Hal inilah yang membuat berbagai kegiatan dibatasi bahkan dihentikan, termasuk kegiatan ekonomi, Ini memberikan dampak yang dahsyat terhadap perekonomian karena menyebabkan banyak kegiatan ekonomi terpuruk, kegiatan usaha tutup, pengangguran meningkat dan daya beli merosot tajam.
Menjalankan protokol kesehatan dan 3M (Menjaga jarak, Masker, Mencuci tangan) juga bukan hal yang mudah dijalankan oleh masyarakat apalagi dalam waktu lama karena membutuhkan pembiasaan dan kesabaran. Namun kita semua tentu sangat berharap bahwa pandemi ini segera berakhir dan kembali hidup normal dan beraktivitas seperti biasa.
Pejuang Garda Terdepan
Dengan sifat penyebaran virusnya dan bahanya yang ditimbulkan, maka covid-19 tidak bisa dihadapi hanya oleh perseorangan saja.
Penyelesaian covid-19 juga tidak bisa diserahkan hanya kepada para tenaga medis melalui pengobatan dan perawatan. Bahkan jiwa mereka sendiri terancam tertular oleh virus berbahaya ini.
Perlawanan harus dilakukan secara bersama-sama dengan memutus mata-rantai penularan ditengah masyarakat. Memutus mata rantai penularan berarti semua pihak dan orang yang berada di daerah dimana pandemi terjadi harus terlibat dalam upaya ini dengan melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan virus yang begitu mudah menyebar ini.
Kita seringkali menyebut para tenaga medis yang berjibaku menangani pasein covid-19 sebagai pejuang garda terdepan dalam perang melawan covid-19. Mungkin ini didasarkan bahwa tenaga medis ini setiap hari berhadapan dengan para pasien yang didalamnya terdapat virus SARS Cov-2 ini dan juga berada di lingkungan dengan tingkat kepadatan virus yang tinggi.
Namun sesungguhnya ketika orang yang terinfeksi covid-19 sudah berada di perawatan di RS dan ditangani oleh tenaga medis, maka tenaga medis ini menjadi benteng terakhir dalam menolong pasien yang sudah terpapar covid-19. Lalu siapa yang menjadi garda terdepan dalam perang semesta melawan pandemi covid-19 ini ?
Kunci untuk menghentikan pandemi covid-19 adalah memutus mata rantai penyebaran virus penyebabnya. Maka karena penyebaran berlangsung secara human to human, kuncinya adalah menjadikan setiap kita tidak tertular virus dan tidak juga menjadi penular virus kepada orang lain.
Caranya adalah dengan menjadikan diri kita berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan menerapkan 3M dalam kehidupan kita sehari-hari. Karenanya, sesungguhnya setiap orang yang berada di daerah pandemi adalah pejuang garda terdepan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Pilihan ada di kita apakah akan melakukan perlawanan dalam perang semesta ini dengan disiplin protokol kesehatan dan menerapkan 3M atau berperang secara nekat dengan mengabaikan pertahanan diri dan menjadi korban, lalu menyebarkan virus kepada orang lain karena ketidakpedulian kita.
Di sisi lain, Pemerintah juga tidak boleh kendor melakukan upaya-upaya pengendalian penyebaran virus dengan intensif melakukan testing terhadap orang yang menjadi suspect covid-19, melakukan penelusuran (Tracing) terhadap orang-orang yang memiliki riwayat kontak dekat dengan mereka yang terinfeksi, agar orang tersebut segera melakukan isolasi dan tidak menularkan ke orang lain serta juga dilakukan uji swab terhadap orang tersebut.
Pemerintah juga berkewajiban untuk memberikan penanganan dan perawatan (Treatment) terhadap orang-orang yang terinfeksi covid-19 melalui fasilitas-fasilitas kesehatan agar bisa sembuh dan kembali hidup normal
Jika kita ingin menjadi pejuang sesungguhnya dalam perang semesta melawan covid-19, maka yang kita lakukan adalah melakukan perlawanan dengan menerapkkan protokol kesehatan dan 3M dalam segala aktivitas kita dan mengajak orang lain untuk melakukan perlawanan yang sama.
Kita juga bersama-sama membantu orang yang terinfeksi covid-19 dengan memberikan bantuan kepada keluarganya yang harus menjalani isolasi agar kebutuhannya terpenuhi, maupun bantuan vitamin dan suplemen yang dibutuhkan maupun kepada pasien tersebut dengan memberikan semangat dan dukungan yang kita bisa. Bukan justru memberikan stigma negatif dan menjauhkan mereka yang terinfeksi dengan tidak memberikan bantuan apapun.
Tidak tepat jika kita menyerahkan seluruhnya kepada tenaga medis untuk penanganan pasien covid-19 dengan membiarkan semakin banyak orang terinfeksi.
Pahlawan di Masa Pandemi
Mengenang Hari Pahlawan tahun ini, maka kita memang sangat patut memberikan gelar pahlawan kepada para petugas medis di semua lini yang menangani orang-orang yang terinfeksi covid-19.
Dari mulai dokter spesialis, dokter umum, perawat, petugas laboratorium, sopir ambulance dan lain-lainnya yang mempertaruhkan tubuh mereka untuk bisa juga terpapar virus berbahaya ini. Bahkan ketika masih ada yang berpendapat bahwa covid-19 ini tidak ada, meskipun sudah belasan ribu di negeri kita yang meninggal dunia karena covid-19.
Para tenaga medis ini bahkan harus rela jauh dari keluarganya untuk menghindari penularan covid-19. Oleh karena ini jangan menambah beban mereka dengan membiarkan semakin banyak orang terpapar covid-19
Perang melawan covid-19 menjadi tugas semua dengan masing-masing fungsi dan kemampuan yang dimiliki. Perang agar virus covid-19 ini berhenti penyebarannya dengan memutus mata rantai penularan. Perang melawan covid-19 tidak hanya tentang menangani dan mengobati mereka yang sudah terinfeksi covid-19, namun bagaimana memastikan virus tidak terus menular.
Perang agar kegiatan usaha dan ekonomi bisa kembali pulih secara bertahap dengan berbagai inovasi dan cara sehingga protokol kesehatan serta 3M tetap berjalan dalam kegiatan ekonomi.
Maka siapapun bisa menjadi pahlawan dalam perjuangan melawan covid-19 ini. Para tenaga medis yang berjuang menangani pasien adalah pahlawan. Para relawan yang mengkampanyekan 3M dan protokol kesehatan secara langsung maupun melalui sosial media adalah pahlawan.
Mereka yang secara sukarela membagikan masker adalah pahlawan. Mereka yang konsisten memakai masker dengan baik jika keluar atau beraktivitas adalah pahlawan. Mereka yang memilih untuk tetap di rumah dan tidak keluar jika tidak sangat penting adalah pahlawan. Mereka yang memilih untuk tidak ikut kegiatan yang menimbulkan kerumunan atau mencegah kegiatan yang menimbulkan kerumunan adalah pahlawan.
Mereka yang membuat terobosan dan inovasi agar kegiatan ekonomi kembali berjalan dengan tetap mencegah penularan adalah pahlawan.
Pemerintah pusat dan daerah yang intensif menjalankan 3T (Testing-Tracing-Treatment) dan membuat kebijakan yang mendukung pencegahan penularan covid-19 adalah pahlawan. Para politisi yang terus mendorong pemerintah untuk terus mengendalikan penularan covid-19 malalui anggaran dan kebijakan adalah pahlawan.
Para influencer di sosial media maupun para pemimpin di RT, RW, tokoh masyarakat, tokoh agama di masyarakat yang terus mengingatkan protokol kesehatan dan penerapan 3M adalah pahlawan. Mereka yang menggalang bantuan untuk keluarga yang terdampak ekonomi akibat covid-19 adalah pahlawan. Maka jadilah kita pahlawan di masa pandemi dengan peran kita masing-masing.
Selamat Hari Pahlawan