Jakarta : Ledakan kasus Covid-19 di Indonesia terus berlanjut dengan mencatatkan kasus harian yang mencapai diatas 20 ribu kasus baru setiap harinya. Setelah mencatatkan rekor 21.432 kasus baru pada 27 Juni lalu, hari Selasa kasus baru Covid-19 di Indonesia rata-rata tembus diangka 20.694 kasus. Kasus kematian harian juga kembali menembus 400 orang per hari dimana hari Senin tercatat 423 kasus yang meninggal akibat Covid.
Bahkan, ancaman Covid tidak saja menyasar masyarakat secara umum, namun banyak menyasar ibu dan anak. Ibu dan anak yang menjadi unsur penting keluarga justru semakin terancam Covid-19 di momentum Hari Keluarga Nasional.
Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati menyoroti cenderung meningkatkatnya kasus Covid-19 pada anak-anak dan kelompok perempuan yang menjadi kado pahit Hari Keluarga Nasional. Apalagi angka penularan Covid pada anak-anak di Indonesia diduga termasuk yang tertinggi di dunia dibanding negara-negara lain.
“Ini adalah kado pahit yang harus diterima di Hari Keluarga Nasional 2021 pada 29 Juni ini. Ibu dan anak sebagai bagian penting keluarga justru semakin terancam oleh pandemi Covid-19. Padahal pandemi Covid sendiri telah menyebabkan layanan kesehatan ibu dan anak terganggu. Dan banyak layanan Posyandu yang terpaksa ditutup” kata Mufida, Selasa (29/6).
Sejak kasus perdana Covid diumumkan, jelas Mufida, proporsi anak usia 5 tahun kebawah yang terpapar Covid sudah mendekati 3 persen. Sementara proporsi anak usia 6-18 tahun mencapai 9,7 persen. Proporsi ini meningkat dibanding awal tahun lalu dimana balita yang terpapar Covid masih dibawah 2 persen. Sementara proporsi anak dan remaja yang masih menjalani perawatan atau berstatus positif aktif mencapai 3,1 persen dan 10,4 persen.
“Kasus Covid pada anak meningkat sangat tajam. Hal itu terlihat pada data-data yang riil,” ungkap Mufida yang prihatin dengan kasus Covid pada anak meningkat tajam.
Berdasarkan data, perbandingan antara kelompok laki-laki dan perempuan dimana proporsi kelompok perempuan yang terpapar Covid lebih banyak (51,4 persen) dibanding laki-laki (48,6 persen). Dan proporsi yang menjalani perawatan juga lebih banyak perempuan dibanding laki-laki.
Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS ini prihatin dengan tingginya komorbiditas pada kasus Covid-19 pada anak di Indonesia. Dan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap tingginya komorbiditas pada anak Indonesia serta cakupan layanan kesehatan yang belum menyeluruh dapat menjadi penyebab tingginya angka kematian Covid pada anak. Persentase tertinggi komorbiditas pada anak yang terpapar Covid-19 di Indonesia adalah malignancy dan malnutrition.
“Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan jika anak-anak semakin berpotensi terpapar Covid-19,” imbuhnya.
Selain itu, Mufida menyoroti cakupan imunisasi lengkap pada anak juga menurun tajam akibat pandemi yang berkepanjangan. Hal ini berpotensi menimbulkan wabah penyakit lain yang bisa menyerang anak-anak.
Oleh karena itu Mufida kembali menegaskan agar pemerintah mengambil kebijakan extra ordinary untuk mengerem laju peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Penting untuk melakukan kebijakan pembatasan ketat dan membuka opsi untuk melakukan kebijakan PSBB Ketat dan rem darurat bagi daerah dengan penularan covid tinggi. Bahkan jika memang harus dilakukan lockdown, jangan bertumpu pada kebijakan PPKM mikro yang diberlakukan sama di semua daerah.
“Kasus Covid ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terus. Harus ada kebijakan dan langkah extra ordinary untuk mengerem laju penambahan kasus covid-19 di Indonesia. Berbagai pihak kembali menyuarakan agar Indonesia melakukan lockdown daripada memaksakan melanjutkan kebijakan PPKM Mikro meskipun dengan penebalan,” ucap Mufida.
Mufida pun setuju dengan pendapat para ahli yang menilai kebijakan PPKM Mikro dengan penetapan kriteria dengan warna yang cenderung membingungkan dan sulit dilakukan pembatasan. Kriteria untuk suatu daerah dikatakan zona merah atau hitam terlalu tinggi sehingga sulit dipenuhi. Sehingga ada daerah yang sebetulnya harus sudah dilakukan, masih tetap longgar tanpa pengawasan karena dianggap belum memenuhi kriteria zona merah atau hitam. Muncul multi tafsir di lapangan terkait penetapan zona ini.
Terakhir Mufida juga meminta agar pemerintah meningkatkan kapasitas ruang perawatan dan kamar isolasi untuk mereka yang terpapar Covid. Sebab, bila isolasi mandiri di rumah dengan kondisi rumah yang kecil bisa berimbas anak-anak dan ibu serta keluarga lainnya berpotensi terpapar Covid-19. Apalagi varian Delta yang yang saat ini menyebabkan ledakan kasus di Indonesia sangat mudah menular ke anak-anak.
“Gunakan semua sumber daya, aset dan cara yang memungkinkan untuk menambah ruang perawatan dan isolasi. Pastikan ketersedian obat, oksigen dan sarana pendukung bagi pasien Covid-19,” pungkasnya.##